Rindu malam menyambut sang nestapa
Sungguh ingin ku akhiri ini semua
Dimana burung tak berkicau
Dimana daun tak bergugur
Dan saat dimana ,
Luka menyapa perih.
Saat semua mahkluk berkata,
Lautan : "Wahai anak manusia mengapa engkau menyerah begitu saja ?"
Nestapa : "Wahai Lautan , sungguh aku tak tahan atas semua beban penderitaanku ."
Lautan : "Apa kau tak berfikir, seberapa kejinya kah aku dengan manusia yang telah menggemparkan seisi ku ?"
Nestapa : "Benarkah !"
Lautan : "Benar anak manusia, tapi apa yang ku perbuat , ku tak murka , ku tak mau mebalas , karna mungkin ini tujuan ku di buat untuk berada di bumi "
Nestapa : "Hhmmm,,nyatanya seperti itu "
Awan pun menyambut !
Awan : "Wahai anak manusia, mengapa engkau murung ?"
Nestapa : "Wahai awan, sungguh aku tak tahan atas semua beban penderitaanku ."
Awan : "Apakah kau pernah berfikir , tentang seberapa berat aku menahan beban hujan ?"
Nestapa : "Benarkah ?"
Awan : "Tentu benar, dikalau aku tak kuat menahan beban yang menyerta, ku yakin bumi kan lenyap oleh air ."
Nestapa : "Hhmmmm, Nyatanya seperti itu !"
Kemudian Gunung menyapanya !
Gunung : "Wahai anak manusia, ada apa gerangan ?"
Nestapa : "Wahai gunung , sungguh aku tak tahan atas semua beban penderitaan ku ."
Gunung : "Seperti itu kah ?"
Nestapa : "Iya benar"
Gunung : "Kau manusia yang lemah, sungguh ku kecewa atas perbuatan mu sang kholifah "
Nestapa : "Mengapa ?"
Gunung : "Pernah kah kau membayangkan , seberapa panasnya tubuhku saat lahar telah mengamuk ?"
Nestapa : "Yakinkah kau ?"
Gunung : "Yak aku yakin, jika ku tak kuat atas panasnya lahar mungkin penduduk di sekitarku kan terbanjiri oleh panasnya lahar. "
Nestapa : "Hhmmm, nyatanya seperti itu !"
Menyertaklah Sang Alam !
Alam : "Wahai sang Nestapa, Mengapa engkau selalu mengeluh ?"
Nestapa : "Wahai alam, sungguh aku tak tahan atas semua penderitaanku."
Alam : "Memang apa yang kau derita ?"
Nestapa : "Aku menderita dendam yang tak usai, kecewa yang mendalam dan rintihan tangisan yang memerah, tak ada manusia yang dapat ku percaya , karena semua manusia telah mendendamku dan menghianatiku."
Alam : "Memang kenapa mereka semua mendendammu ?"
Nestap : "Karena keluarga ku selalu berdusta hingga anak keturunan keluargaku selalu di buat jengkel oleh mereka."
Alam : "Mengapa engkau tak sabar sebagaimana lautan mengajarimu kesabaran, bahkan ia berkata ''mungkin ia dibuat di dunia ini , memang untuk seperti ini'', dan awan mengajarkan kamu ketegaran , dikalu ia tak tegar mungkin dibumi ini tak ada kehidupan , dan engkau mengapa tak mendengarkan ucapan gunung yang tetap menjaga walau ia terluka , percayalah wahai anak manusia , tuhan pasti punya jalan sendiri mengapa engkau hidup seperti ini."
Nestapa : "Hhmmmm, benar juga ucapan mu alam , jadi aku harus bagaimana ?"
Alam : "Gunakan sifat lautan yang selalu sabar, gunakan sifat awan yang selalu tegar, dan gunakan lah sifat pengorbanan gunung."
Nestapa : "Baiklah."
Sungguh Sabar sangat berguna untuk kehidupan
Sungguh tegar sangat berguna untuk kehidupan
Sungguh pengorbanan sangat berguna untuk kehidupan
Dan sungguh hidup butuh Bijaksana
Halaman
Entri Populer
-
Pada kali ini saya akan memperlihatkan hardisk pertama yang berberat lebih dari 1 Ton , Hal yang sangat bersejarah dalam dunia teknologi ...
-
Writer : Gigih Ibnu Jafar Pengalaman saat berkunjung di ComLabs ITB adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya, Meng...
-
Motor Bertenaga Mesin BMW. Kendaraan motor atau kendaraan roda dua merupakan salah satu kendaraan yang ada di dunia ini hasil dari perkemb...