Entri Populer

Sabtu, 06 Agustus 2011

Menangisi sebuah tangisan

Rindu malam menyambut sang nestapa
Sungguh ingin ku akhiri ini semua
Dimana burung tak berkicau
Dimana daun tak bergugur
Dan saat dimana ,
Luka menyapa perih.
Saat semua mahkluk berkata,

 Lautan : "Wahai anak manusia mengapa engkau menyerah begitu saja ?"
Nestapa : "Wahai Lautan , sungguh aku tak tahan atas semua beban penderitaanku ."
Lautan : "Apa kau tak berfikir, seberapa kejinya kah aku dengan manusia yang telah menggemparkan seisi ku ?"
Nestapa : "Benarkah !"
Lautan : "Benar anak manusia, tapi apa yang ku perbuat , ku tak murka , ku tak mau mebalas , karna mungkin ini tujuan ku di buat untuk       berada di bumi "
Nestapa : "Hhmmm,,nyatanya seperti itu "

Awan pun menyambut !

 Awan : "Wahai anak manusia, mengapa engkau murung ?"
Nestapa : "Wahai awan, sungguh aku tak tahan atas semua beban penderitaanku ."
Awan : "Apakah kau pernah berfikir , tentang seberapa berat aku menahan beban hujan ?"
Nestapa : "Benarkah ?"
Awan : "Tentu benar, dikalau aku tak kuat menahan beban yang menyerta, ku yakin bumi kan lenyap oleh air ."
Nestapa : "Hhmmmm, Nyatanya seperti itu !"
Kemudian Gunung menyapanya !
 Gunung : "Wahai anak manusia, ada apa gerangan ?"
Nestapa : "Wahai gunung , sungguh aku tak tahan atas semua beban penderitaan ku ."
Gunung : "Seperti itu kah ?"
Nestapa : "Iya benar"
Gunung : "Kau manusia yang lemah, sungguh ku kecewa atas perbuatan mu sang kholifah "
Nestapa : "Mengapa ?"
Gunung : "Pernah kah kau membayangkan , seberapa panasnya tubuhku saat lahar telah mengamuk ?"
Nestapa : "Yakinkah kau ?"
Gunung : "Yak aku yakin, jika ku tak kuat atas panasnya lahar mungkin penduduk di sekitarku kan terbanjiri oleh panasnya lahar. "
Nestapa : "Hhmmm, nyatanya seperti itu !"

Menyertaklah Sang Alam !

 Alam : "Wahai sang Nestapa, Mengapa engkau selalu mengeluh ?"
Nestapa : "Wahai alam, sungguh aku tak tahan atas semua penderitaanku."
Alam : "Memang apa yang kau derita ?"
Nestapa : "Aku menderita dendam yang tak usai, kecewa yang mendalam dan rintihan tangisan yang memerah, tak ada manusia yang dapat             ku percaya , karena semua manusia telah mendendamku dan menghianatiku."
Alam : "Memang kenapa mereka semua mendendammu ?"
Nestap : "Karena keluarga ku selalu berdusta hingga anak keturunan keluargaku selalu di buat jengkel oleh mereka."
Alam : "Mengapa engkau tak sabar sebagaimana lautan mengajarimu kesabaran, bahkan ia berkata ''mungkin ia dibuat di dunia ini , memang untuk seperti ini'', dan awan mengajarkan kamu ketegaran , dikalu ia tak tegar mungkin dibumi ini tak ada kehidupan , dan      engkau mengapa tak mendengarkan ucapan gunung yang tetap menjaga walau ia terluka , percayalah wahai anak manusia , tuhan   pasti           punya jalan sendiri mengapa engkau hidup seperti ini."
Nestapa : "Hhmmmm, benar juga ucapan mu alam , jadi aku harus bagaimana ?"
Alam : "Gunakan sifat lautan yang selalu sabar, gunakan sifat awan yang selalu tegar, dan gunakan lah sifat pengorbanan gunung."
Nestapa : "Baiklah."


Sungguh Sabar sangat berguna untuk kehidupan
Sungguh tegar sangat berguna untuk kehidupan
Sungguh pengorbanan sangat berguna untuk kehidupan
Dan sungguh hidup butuh Bijaksana